Thursday, June 11, 2015

makalah tentang pendekatan strategi dan metode dalam bahasa Arab



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu prinsip, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran. Pengertian untuk istilah-istilah itu sering dikacaukan. Apalagi terhadap tiga istilah, yaitu pendekatan, metode, dan strategi biasanya terkacaukan. Istilah pendekatan sering dikacaukan dengan metode, misalnya kita sering mendengar orang mengemukakan istilah pendekatan komunikatif disamping istilah metode komunikatif. Sering pula pengertian metode dikacaukan dengan strategi, misalnya kita sering mendengar orang menyebutkan istilah metode diskusi disamping istilah strategi diskuasi.
Agar kita dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan baik, sseharusnya kita menguasai pengertian-pengertian di atas dengan baik. Dalam makalah ini kami hanya menguraikan tiga istilah yang sering dikacaukan istilahnya, yaitu pendekatan, metode, dan strategi. Apalagi pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran bahasa Arab, dengan demikian pendekatan, metode, dan strategi yang sesuai dengan pembelajaran itu bahasa Arab terkhusus di tingkat pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah

B.       Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengertian dari pendekatan, metode, dan strategi?
  2. Apa pendekatan, metode, dan strategi yang sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab?

C.      Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan, metode, dan strategi
  2. Untuk mengetahui pendekatan, metode, dan strategi yang sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan, Metode, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di MI
A.      Pengertian Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu  filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis.[1]  Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.

B.       Fungsi Pendekatan
Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif.
Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan,  pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula. Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

C.      Macam-Macam Pendekatan
Pendekatan yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Arab, sebagai pembahasan utama pada sub tema ini.
1.      Pendekatan Humanistik(Al-Madkhal Al-Insani)
Adalah sesuai dengan namanya sebuah pendekatan yang memberikan perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidakmenganggap sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan. Pemebelajaran bahasa menurut pendekatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar manusia dengan berbagai ragam budaya dan pengalaman. Pengikut pendekatan ini berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan ini merupakan hal penting terkait tuntutan pikir mereka. Sebagai langkah-langkan operasional pendekatan ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
  1. Memberikan penjelasan serta drill kepada siswa untuk berlatih menggunakan bahasa dalam berbagai situasi
  2. Bermain peran (role playing) dengan siswa untuk memberi respon dalam berbagai respon dalam berbagai situasi.
  3. Guru memberi contoh kepada siswa yang memungkinkan untuk diikuti
2.      Pendekatan Teknik (Al-MadkhalAl-Taqanni)
Adalah pendekatan yang berdasar pada pemanfaatan media pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendekatan ini berpendapat bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan pengalaman belajar serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi pengalaman nyata (terindra). Penggunaan media dalam pendekatan ini meluas serta meliputi media pembelajaran yang bermacam-macam.
Ada beberapa kendala dalam pendekatan ini, diantaranya adalah kurangnya materi pembelajaran yang baik serta cukup bagi guru dalam segala situasi dan kondisi kebahasaan, tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menyiapkan media yang memenuhi standar yang diinginkan sesuai dengan jumlah pengguna.
3.      Pendekatan Analisis Dan Non Analisis (Al-MadkhalAl-Tahlili Wa Al-Madkhal Ghoiro Al-Tahlili)
  1. Pendekatan analisis
Ciri-ciri dari pendekatan ini:
1)      Berdasarkan pada kebahasaan
2)      Didasarkan pada kajian-kajian ilmu sosial kebahasaan, proses bicara, discourse analysis, dan notions and funtions
3)      Menuntut adanya needs analysis kebahasan, metodologi kebahasaan modern
4)      Mengharuskan penyiapan materi pelajaran baru serta strategi pembelajaran baru
5)      Sebagian besar pengikut pendekatan ini menetapkan bahasa yang disampaikan bersama siswa
6)      Tidak berangkat dari prinsip-prinsip psikologi atau pendidikan
7)      Berharap adanya tambahan motivasi siswa ketika guru mencapai tuntukan kebahasaan siswa dan berusaha untuk memenuhi
  1. Pendekatan non analisis
Sedangkan pendekatan non analisis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Diasarkan pada konsep psychologuistics dan pendidikan bukan pada konsep-konsep kebahasaan
2)      Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan global dan integrated naturalistic
3)      Pengajaran bahasa berlangsung dalam situasi kehidupan alami. Dan di fokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan kehidupan siswa dan aspek-aspek kehidupan manusia umumnya
4)      Menuntut adanya persiapan materi pengajaran baru
5)      Sulit menentukan bahasa yang disampaikan kepada siswa, sehingga pengajaran bahasa itu merupakan latihan sungguhan bukan yang dibuat-buat
6)      Didasarkan pada asumsi-asumsi khusus terhadap siswadan difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa bukan pembelajarannya
7)      Motivasi siswa akan muncul di sela-sela komunikasi dengan penutur dan bergabung dalam situasi komunikasi sungguhan
4.      Pendekatan Komunikatif (Al-MadkhalAl-Ittishali)
Pada dasarnya mempunyai pandangan tentang pengajaran bahasa tentang pengajaran bahasa secara komunikatif, artinya pengajaran yang dilandasi oleh teori komunikatif atau fungsi bahasa. Menurut pendekatan ini tujuan pengajaran bahasa adalah untuk mengembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur pengajaran keempat keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, serta menulis) yang mengakui adanya keterkaitan antara bahasa dengan komunikasi
Teori tentang hakikat bahasa yang melandasi pendekatan komunikatif ini adalah teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk menyatakan fungsional atau komunikatif. Tujuan pengajaran bahasa ialah untuk menolong pembelajaran mencapai kemampuan komunikatif.
Ciri-ciri penggunaan pendekatan ini adalah sebagi berikut:
  1. Bahasa adalah suatu sistem bagi ekspresi makna
  2. Fungsi utama bahasa adalaha untuk interaksi dan komunikasi
  3. Struktur bahasa mencerminkan penggunaan fungsional dan komunikatif
  4. Unit-unit dasar bahasa tidak hanya merupakan ciri-ciri gramatikal strukturnya, tetapi katagori-katagori makna fungsional dan komunikatif seperti dalam wacana.

D.      Pengertian Metode
Metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, dan penyajian materi kebahasaan. Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tidak terjadi benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
Hal-hal yang harus dijadikan pertimbangan dalam penggunaan sebuah metode pembelajatan, yaitu:
  1. Hendaknya metode yang digunakan sesuai dengan karakter siswa, tingkat perkembangan akalnya, serta kondisi sosial yang melingkupi kehidupan mereka
  2. Guru memperhatikan kaidah umum dalam menyampaikan pelajaran seperti kaidah bertahap dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari sederhana ke hal yang rumit, dari hal yang jelas ke hal yang membutuhkan interpretasi, dan dari hal konkret ke hal yang bersifat abstrak
  3. Mempertimbangkan perbedaan kemapuan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
  4. Bisa menciptakan situasi yang kondusif sepanjang tahapan-tahapan pelajaran, sekiranya bisa mengikut sertakan siswa dalam mendapatkan pertanyaan dan menyampaikan jawaban
  5. Menumbuhkan kosentrasi dan motivasi siswa serta membangkitkan sikap kreatif
  6. Metode yang dipakai bisa menjadikan pembelajaran seperti permainan yang menyenangkan dan aktifitas yang bermanfaat
  7. Hendaknya metode menganut dasar-dasar pembelajaran, seperti pemberian reward dan sangsi, latihan-latihan menyenangkan dan membuat siswa mampu untuk melakukan sesuatu.
Beberapa metode yang dianggap popular dan merupakan metode pokok dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu:
1.      Thariqatu Al-Qawaid Wa Al-Tarjamah (Metode Tata Bahasa Dan Tarjamah)
Metode ini merupakan metode tertua dalam pembelajaran bahasa asing sehingga disebut juga dengan metode tradisional.
Dalam prakteknya thariqatu al-Qawaid wa al-Tarjamahmempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
  1. Pertama-tama para siswa mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa dan daftar kosa kata dibahasa yang berkaitan erat dengan bahan bacaan pada pelajaran yang bersangkutan
  2. Setelah kaidah-kaidah dan kosa kata dipelajari, maka petunjuk-petunjuk bagi penerjamahan latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketata bahasaan pun diberikan
  3. Pemahaman akan kaidah-kaidah dan bahan bacaan pun diuji melalui terjamahan
  4. Bahasa asli atau bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan
  5. Sedikit kesempatan untuk praktek atau latihan menyimak dan berbicara selama pengggunaan metode ini, karena lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihanmembaca dan menerjemahkan.
Contoh praktek penggunaan metode al-Qawaid wa al-Tarjamah dalam pembelajaran bahsa arab dapat dilakukan sebagai berikut:
  1. Mengulang materi mufradat. Siswa mencatat mufrada baru pada waktu guru membacakan terjemahan bahasa asli (arab)
  2. Guru menyuruh sebagian siswa membaca bacaan dalam buku dengan keras. Setelah itu guru membacakan beberapa kalimat kemudian memberikan kesempatan kepada siswa mengulangi bacaan dalam hati
  3. Para siswa menerjamahkan kalimat-kalimat dalam bacaan kedalam bahasa terjamahan. Bila dibutuhkan guru membantu siswa yang menemui kesulitan
  4. Kemudian baru memulai inti pelajaran dengan penjelasan nahwu (tata bahasa). Kaidah-kaidah diterangkan rinci dalam bahasa aslinya (arab). Para siswa mencatat kaidah-kaidah dengan penjelasannya
  5. Waktu diakhir pelajaran digunakan untuk mengerjakan tugas tertulis yang ada kaitannya dengan nahwu dari bahasa Arab kedalam bahasa terjemahan. Kemudian diberi tugas untuk menghafalkan mufradat baru yang berkaitan dengan pelajaran berikutnya
2.      Al-Thariqatu Al-Mubaasyarah (Metode Langsung)
Metode langsung lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode al-Qawaid wa al-Tarjamah yang mengajarkan bahasa seperti bahasa yang mati.
Ciri-ciri metode langsung adalah:
  1. Tujuan dasar diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa
  2. Pelajaran bahasa arab dengan munggunakan bahasa arab tidak menggunakan bahasa lain
  3. Percakapan antar individu merupakan bentuk pertama dan yang umum digunakan dalam masyrakat. Sehingga pada awal pembelajaran bahasa arab, hendaknya dalam percakapan menggunakan kosa kata dan susunan kalimat sesuai dengan maksud dan tujuan belajar siswa
  4. Siswa dikondisikan untuk mendengarkan kalimat-kalimat sempurna dan mempunyai makna yang jelas sehingga siswa mampu dan mudah memahaminya
  5. Pelajaran nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan di sela-sela penggunaan ungkapan-ungkapan bahasadan kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan
  6. Teks arab tidak disajikan kepada siswa sebelum mereka mengenal suara, kosa kata serta susunan yang ada di dalamnya
  7. Penerjamahan dari dan ke bahasa arab adalah suatu yang harus dihindari dalam metode ini, sehingga tidak dibenarkan menerjemahkan bahasa Arab dengan bahasa apapun
  8. Pengembangan keterampilan kognitif siswa seperti kemampuan analogi, dan analisis merupakan hal ang tidak boleh menyibukkan  perhatian pemakai metode ini
  9. Penjelasan kata-kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa arab dengan berbagai model.
  10. Guru lebih banyak menggunakan waktunya untuk tanya jawab dengan siswa
  11. Sebagian besar waktu pelajaran digunakan untuk latihan bahasa
  12. Perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara dibandingkan pada aspek yang lain
Contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan thoriqah al-Mubaasyarah adalah sebagai berikut:
  1. Guru membuka pelajaran dengan langsung berbicara dengan bahasa Arab, mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu
  2. Pembelajaran berkembang di seputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan mufradat. Berbagai tindakan dan objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang dalam gambar.
  3. Guru menyuruh siswa membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara keras. Guru memberi contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan
  4. Pelajaran diakhiri dengan bernyanyi bersama
3.      Al-Thariqah Al-Sam’iyah Al-Syafawiyah (Metode Audio Lingual)
Secara singkat ciri-ciri penggunaan thariqah al-sam’iyah al-Safawiyah adalah sebagai berikut:
  1. Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat simbol-simbol suara yang dikenal oleh anggota masyarakat untuk mengadakan komonikasi di antara mereka
  2. Guru dalam mengajarkan keterampilan bahasa mengikuti urutan asli pemerolehan bahasa pertama yaitu dari keterampilan mendengar dahulu kemudian menirukan pembicaraan orang-orang sekitar dan mengucapkan kata-kata, membaca dan menulisnya.
  3. Metode ini didasarkan pada pandangan Ahli Antropologi kebudayaan. Bahwasanya budaya bukanlah sekedar bentuk seni atau sastrakan tetapi budaya merupakan gaya hidup yang melingkupi kehidupan suatu kelompok yang berbicara dengan bahasa mereka.
Contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode ini:
  1. Seluruh siswa mengulangi baris-baris kalimat percakapan baru mengikuti contoh yang diberikan guru untuk menjelaskan makna kalimat-kalimat tersebut.
  2. Guru beralih ke latihan pola. Pada fase ini segala struktur yang dipakai dalam percakapan kini dilatihkan satu demi satu. Kemudian siswa membuat perubahan-perubahan kalimat sesuai dengan petunjuk guru
  3. Serangkaian kalimat dipakai sebagai kegiatan konsilidasi akhir. Para siswa bergantian mengajukan pertanyaan atau memberikan petunjuk, berdasarkan urutan dari siswa ke siswa lain dalam satu rangkaian stimulus dan respon.
Sepanjang pelajaran, guru menuntut bentuk-bentuk yang tepat dan benar. Setiap terjadi kesalahan langsung dibenarkan dan menyuruh siswa lain mengulanginya yang benar secara bersama-sama dan keudian diulangi oleh siswa yang membuat kesalahan.
4.      Al-Thariqatu Al-Qira’ah (Metode Mambaca)
Ciri-ciri penting penggunaan thariqah al_Qira’ah dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai berikut:
  1. Biasanya metode ini memulai dengan memberi latihan sebentar kepada siswa tentang keterampilan bertutur kemudian mendengarkan beberapa kalimat sederhana dan mengucapkan kata-kata serta kalimat hingga siswa mampu menyusun kalimat.
  2. Setelah siswa berlatih mengucapkan beberpa kalimat kemudian mereka membacanya dalam teks
  3. Setelah itu para siswa membaca teks dengan suara yang keras yang diikuti dengan beberapa pertanyaan seputar teks untuk menguatkan pemahaman
  4. Membaca terbagi pada dua macam yaitu membaca intensif dan membaca lepas, masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda. Membaca intensif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar membaca dan keterampilan ini membutuhkan perbendaharaan kata serta pengetahuan kaidah-kaidah tata bahasa. Adapun membaca lepas maka bisa dilaksanakan diluar kelas.
Contoh pelajaran bahasa arab dengan menggunakan matode ini adalah:
  1. Pelajaran dimulai dengan penyajian mufradat secara singkat baru yang berkaitan dengan bahan bacaan baik memalui konteks, terjemahan atau gambar
  2. Setelah pembelajaran mufradat secara singkat telah tercapai maka siswa mulai mempelajari bacaan yang ada dalam buku pelajaran
  3. Memperkenalkan bacaan-bacaan tambahan dalam bentuk cerita pendek atau panjang yang disederhanakan
5.      Al-Tahriqah Al-Ma’rifah (Metode Kognitif)
Ciri-ciri khusus penggunaan metode ini dalam pembelajaran bahasaarab sebagai berikut;
  1. Teori ini berusaha untuk mengenalkan siswa tentang sistem bunyi, tata bahasa, morfologi dan dalalah Arabiyah sebagai bahasa kedua
  2. Pelajaran dimulai dengan menjelaskan kaidah dan diikuti dengan membuat contoh-contoh
  3. Latihan-latihan bisa dengan berbagai kegiatan kebahasaan dalam rangka pengembangan kompetensi komunikasi, yang sering dikenal istilah teori transformasi kreasi
  4. Menggunakan bahasa pembantu pada awal pembelajaran. Diawali dengan menjelaskan kaidah dan menjelaskan aturan-aturan bunyi bahasa Arab dengan ungkapan baru kepada siswa
  5. Tujuan pengajaran kaidah tidaklah terbatas pada situasi atau kesempatan yang dilalui siswa tetapi melatih siswa menggunakan kaidah dalam situasi yang baru dan tidak terbatas
  6. Percakapan, teori ini tidak memasukkan percakapan menjadi bagian dari pelajaran, tetapi terkdang percakapan dijadikan pembukaan kegiatan pembelajaran bahasa yang kemudian disusul dengan latihan-latihan
  7. Guru harus menumbuhkan kemampuan berpikir siswa dalam bidang belajar bahasa, maka guru hendaknya melatih siswanya untuk membuat kesimpulan, kaidah-kaidah analisis, penerapan dan lain-lain sampai jelas bagi siswa
  8. Pembenaran ketika terjadi kesalahan penggunaan bahasa merupakan bagian dari kegiatan kebahasaan
  9. Guru membantu siswa dalam membentuk kemampuan yang berhubungan dengan realita bahasa yang sedang dipelajari
  10. Pengajaran bahasa berlangsung dengan satu model yaitu diawali dengan pemahaman yang mendalam dan diakhiri dengan latihan
  11. Langkah-langkah pembelajaran terbatas, dimulai dengan menyajikan materi baru dan latihan-latihan. Kemudian dilanjutkan dengan praktek kebahasaan.
Contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode ini adalah:
  1. Pelajaran dimulai dengan penyajian mufradat yang berhubungan dengan kepribadian
  2. Guru menjelaskan bagaimana cara membentuk kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, juga dengan memakai gambar sebagai alat peraga. Penjelasan tata bahasa menggunakan bahasa ibu, kemudian dilanjutkan dengan bahasa Arab
  3. Kemudian para siswa memperlihatkan pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip penggunaan kata dengan mengerjakan latihan
  4. Dalam rencana pembelajaran ini melibatkan kegiatan penerapan. Di sini dikembangkan ekspresi diri sendiri, menggunakan struktur dan mufradat.[2]

E.     Pengertian Strategi
Strategi pembelajran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-langkah serta sarana yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam proses pembelajaran didalam kelas guna merealisasikan tujuan.
Berikut ini penjelasan seputar strategi pembelajaran bahasa Arab (ashwat, mufradat, tarakib) dan strategi pembelajaran keterampilan bahasa (istima’, kalam, qira’ah, kitabah)
1.    Strategi pembelajaran Mufradat (kosakata)
Para ahli pembelajaran berbeda pendapat mengenai makna bahasa serta tujuan pengajarannya, namun mereka sepakat bahwa pembelajaran mufradat adalah penting merupakan tuntunan dan syarat dalam pembelajaran bahasa asing.
Adapun prinsip-prinsip dalam pemilihan mufradat yang akan diajarkan kepada pembelajar asing (selain penutur Arab) adalah sebagai berikut:
a.      Tawatur (Frequency) artinya memilih mufradat (kosakata) yang sering digunakan.
b.      Tawazzu’ (Range) artinya memilih mufradat yang banyak digunakan di negara-negara Arab, yakni tidak hanya banyak digunakan di sebagian negara Arab.
c.       Mataahiyah (Avalability)artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula, yakni kata-kata yang digunakan dalam bidang-bidang tertentu.
d.      Ulfah (Familiyarity), artinya memilih kata-kata yang familar dan terkenal serta meninggalkan kata-kata yang jarang terdengar penggunaannya.
e.       Syumuul (Coverege), artinya memilih kata-kata yang dapat digunakan dalam berbagai bidang tidak terbatas pada bidang tertentu.
f.       Ahammiyah, artinya memilih kata-kata yang sering dibutuhkan penggunaannya oleh siswa daripada kata-kata yang terkadang tidak dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
g.      ‘uruubah, artinya memilih kata-kata Arab, yakni memilih kata Arab walaupun ada bandingannya dalam bahasa lain.
Ada beberapa petunjuk umum yang berhubungan erat dengan pembelajaran mufradat dalam program pembelajaran bahasa Arab untuk non Arab, yaitu sebagaiman berikut:
1)      Jumlah mufradat yang diajarkan
2)      Daftar mufradat
3)      Cara menjelaskan makna mufradat (kosakata)
2.    Strategi pembelajaran Nahwu (Tata bahasa)
Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir karena adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu sesungguhnya nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan  maupun dalam ucapan.
Ada dua model pembelajaran nahwu yang dikenal dengan metode qiyasiy (deduktif)danistiqraiy (induktif)

3.    Strategi pembelajaran Istima’ (mendengar)
Istima’ adalah sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama dalam tahapan-tahapan kehidupannya. Melalui istima’ kita kenal mufradat, bentuk-bentuk jumlah dan taraakib. Dan dengan istima’ pula kita bisa menguasai keterampilan-keterampilan bahasa yang lain yaitu kalam, qiara’ah dankitabah.
4.    Strategi Pembelajaran Kalam (Berbicara)
Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Bicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa.
Ada beberapa kelebihan-kelebihan dalam latihan kalam dengan model ini diantaranya adalah:
a.       Dengan latihan model ini siswa dapat berlatih menggunakan bentuk-bentuk fi’il, macam-macam dhamir, huruf-huruf jir.
b.      Siswa mendapat latihan bahasa secara intensif.
c.       Siswa mampu menguasai makna-makna kata dengan mudah dan jelas.
d.      Model latihan ini juga membantu siswa untuk berbicara dengan tema bebas.
e.       Pembelajaran kalam bisa juga dengan menggunakan teknik al-as’ilah wa al-ajwibah (tanya jawab).
5.    Strategi pembelajaran Qira’ah (membaca)
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang tidak mudah dan sederhana, tidak sekedar membunyikan huruf-huruf atau kata-kata akan tetapi sebuah keterampilan yang melibatkan berbagai kerja akal pikiran.
Qira’ah dilihat dari kegiatannya dibedakan menjadi 2 macam yaitu
a.       Qira’ah jahriyah (membaca keras)
Qira’ah jahriyahini sangat penting pada pembelajaran tingkat pertama, karena macam qira’ah ini memberi kesempatan besar untuk melatih mengucapkan dengan benar, dengan mencocokkan antara membunyikan suara dengan rumus tulisannya. Qira’ah ini sebaiknya tuntas pada tingkat awaldari proses pembelajaran.
b.      Qira’ah shamitah (membaca dalam hati)
Qira’ah shamitahdilakukan oleh mata dan pikiran. Pada waktu mata melihat tulisan, pikiran berusah memahami arti serta pesannya. Qira’ah shamitahini merupakan keterampilan bahasa yang sangat penting yang seharusnya diperoleh oleh pembelajaran bahasa, karena dengan keterampilan ini siswa dengan mudah dapat menambah pengetahuan serta mengembangkankemampuannya dalam memahami teks.
6.    Strategi Pembelajaran Kitabah(menulis)
Menulis merupakan salah satu sarana berkomunikasi dengan bahasa antara orang dengan orang lainnya yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu.
Pembelajaran menulis terpusat pada tiga hal, yaitu:
a.       Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar
b.      Memperbaiki khath
c.       Kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas dan detail.
Dalam pembelajaran menulis, proses pembelajarannya dengan beberapa tingkatan yaitu dimulai dengan pelajaran imla’, khath sampaita’bir.
1)      Pembelajaran imla’
a)      Imla’ manqul
Tingkatan pertama ini dalam pembelajaran menulis bahasa Arab bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf, dan kata bahasa Arab.
b)      Imla’ mandhur
Tingkat imla’ ini kelanjutan dari imla’ manqul dimana pada tingkat ini guru bisa memberikan latihan.
c)      Imla’ Ikhtibariy
Imla’ Ikhtibariy dalam pelaksanaannya membutuhkan tiga kemampuan, yaitu kemampuan mendengar, menghafal apa yang didengar, menuliskan apa yang didengar, sekaligus dalam waktu yang sama. Imla’ ikhtibariybertujuan untuk:
Ø  Memperkuat hubungan antara suara dan rumus yang telah dipelajari siswa ketika membaca.
Ø  Mengevaluasi perkembangan dan kemajuan ingatan terhadap yang didengar siswa.
2)      Pembelajaran ta’bir
Pembelajaran ta’bir ini terbagi menjadi dua tingkatan yang sesuai dengan tingkat kebahasaan siswa yaitu:
a)      Ta’bir muwajjah (Terbimbing)
Pada tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah berkembang konsep-konsep kebahasaannya.
b)      Ta’bir Hurr (Menulis Bebas)
Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, menggunakan mufradat atautarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran.
Metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, dan penyajian materi kebahasaan. Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tida terjadi benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
Strategi pembelajran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-langkah serta sarana yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam proses pembelajaran didalm kelas guna merealisasikan tujuan.
Kesemuan dari apa yang kami ketahui bahwa pendekatan, metode dan strategi pembelajaran bahasa Arab itu tergantung pada materi yang akan di sampaikan dan kondisi dari kelas yang bersangkutan.











DAFTAR PUSTAKA

Badudu,J.S. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Mustofa, Bisri dan Hamid, Abdul, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: UIN- MALIKI PRESS, 2011.


[1] J.S. Badudu, Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 17
[2]Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang: UIN- MALIKI PRESS, 2011), h. 11-57

Related Posts

There is no other posts in this category.

Post a Comment